“Filantropis”
Menjadi seorang Bayu,nampaknya tak semua orang bisa melakukannya. Seorang Mahasiswa dengan hidup pas-pasan,bisa kuliah juga karena beasiswa,bisa nge-kost juga ditempat yang jauh dari kata layak. Mungkin ada banyak juga yang mengalami hal yang sama seperti Bayu.
Ada hal yang membuat Bayu sedikit berbeda dengan mahasiswa yang lainnya. Dia mempunyai perhatian terhadap kehidupan lingkungan sekitar kostnya. Dia melihat ada banyak anak-anak yang putus sekolah,berkeliaran. Entah mereka menjadi tukang Koran jalanan,atau pengamen jalanan,atau bahkan tukang sulak mobil.
Bagi Bayu itu hal yang sangat memprihatinkan,namun ia belum memikirkan jalan keluar,sebab ia masih merasa belum mampu bergerak. Untuk makan saja ia kekurangan apalagi memikirkan anak-anak itu.
Setelah beberapa bulan lamanya,barulah ia memiliki ide cemerlang. Dia berniat untuk mengambil satu diantara anak-anak itu sebagai anak asuh. Dia mulai berhenti merokok sebab uang yang seharusnya untuk rokok akan ia gunakan untuk membelikan alat-alat sekolah.
Tak banyak memang,hanya 60 rb sebulan yang mampu ia sisihkan untuk anak-anak itu. Ia ambil satu anak untuk diberinya buku dan alat tulis seadanya. Bayu memang tidak bisa menyekolahkan anak itu,namun ia tetap bisa membuat ia merasa pernah sekolah. Bayu mengajarinya pelajaran sebagaimana dibangku sekolah,hanya saja diwaktu-waktu yang tidak tentu.
Hem… seandainya saja ada seratus orang yang seperti Bayu,ia berhenti merokok dan uangnya ia sisihkan untuk orang lain pasti pabrik rokok bakal bingung bisa-bisa bangkrut…heheheheh…(just kid). Pasti akan lebih banyak anak yang tertolong. Sebab lebih banyak orang yang menjadi filantropis.
Filantropis ..apa itu filantropis?
Asal katanya dari bahasa Yunani:Philein berarti cinta ,dan antropos berarti manusia. Atau dalam KBBI artinya cinta kasih kepada manusia dan lebih dikhususkan pada sifat kedermawanan.
Oohhh filantropis ternyata semakna dengan dermawan. Dan ternyata untuk menjadi seorang filantropis tidak perlu nunggu kaya raya. Kita sering mendengar berita bagaimana Bill Gates ,seorang kapitalis sukses menyumbangkan uang jutaan dolarnya untuk mendanai pendidikan dinegara-negara berkembang. Apalagi kita yang ngakunya orang muslim tentu harus lebih peduli lagi,ingat sebuah hadist bersedekahlah disaat lapang maupun sempit.
Apakah sikap Dermawan ini sikap alami atau dibentuk oleh lingkungan?Nature or Nurture? Pertanyaan singkat tapi perlu jawaban perenungan.
Karl Marx percaya bahwa sikap dermawan adalah sikap alami yang sudah ada dalam diri manusia. Namun kondisi social menjadikan sikap alami itu tidak muncul.oleh karena itu menurut Marx,sikap dermawan yang sudah ada hanya akan terwujud kalau lingkungan sosialnya dapat diubah.
Sadar atau tidak Kita sebagai muslim juga sebenarnya diajari bahkan dipaksa untuk menjadi dermawan. Kita zakat,kita sedekah kencengnya kalau saat ramadhan saja,,,heheheh.
Filantropis dimiliki oleh semua orang,hanya saja tumbuh semakin besar atau semakin kecil tergantung pada hati dan lingkungan hidupnya. Anak-anak juga perlu mengenal sikap empati,solidaritas dan kedermawanan,agar nantinya tidak hanya menjadi naka yang intelektual saja namun berhati mulia. Sebab ada juga yang mengatakan bahwa,” menjadi orang baik itu bukan hanya karena ia telah dilahirkan (nature),tetapi bergantung pada bagaimana ia dididik.
Tidak akan ada orang yang disebut kaya,kalau semuanya berada pada satu titik yang sama. Kita bisa mengatakan kaya atau miskin itu karena memang keadaan ekonomi dan yang lainnya berbeda. Kita harus banyak bersyukur sebab selama masih ada orang yang kaya akan tetap ada orang yang kurang beruntung dan kekurangan yang siap menerima sedekah kita.
Ingat sebuah hadist Nabi: “Akan datang suatu masa dimana amalan tidak ada yang menerima.” Lalu kalau sudah begitu kemana kita kan membawa sedekah kita,zakat kita?
That’s Right,dari sekarang dari kita sendiri yang mengawali sifat ini..sifat filantropis.
Wallahualam Bissowab..Kebenaran hanya dari Allah.
Hidup untuk belajar,belajar untuk hidup”