“Kekhilafan kita”

Disadari atau tidak ternyata kita punya banyak kekhilafan terhadap anak kita. Diakui atau tidak pasti kita pernah terpikirkan atau bahkan benar-benar untuk marah pada anak kita karena saking “aktifnya”. Kadang gemas juga melihat perkembangan anak kita sampai-sampai kita kuwalahan. Kadang kita sampai dicurhati oleh guru karena keisengan anak kita,karena kejahilan anak kita.

Bagi sebagian orang kejadian-kejadian yang terjadi dapat menjadi pelajaran bagi orang tua untuk mulai belajar merubah pola mendidik anak. Namun ada juga yang merasa sedikit gusar karena ulah anak kita dengan memilih penyelesaian,mungkin dengan semakin marah pada anak,semakin sering dimaki-maki atau bahkan sampai dipukul ketika dirumah. Astaghfirullahal adzhiim…semoga kita terhindar dari perbuatan menyakiti anak kita.
Sebab menjadi orang tua pun ada ilmunya ,ada sekolahnya, tapi dimana tempatnya?? Sekolahnya adalah dikeluarga kita,konsultasinya pada orang psikolog atau pada kyai,ilmunya ada dibuku dan disetiap detik kehidupan,,,hehehe….(jangan dipercaya sebelum dicoba).
Yang belum menjadi orang tua maka siapkan diri untuk jadi orang tua yang hebat. Yang terlanjur jadi orang tua maka harus sadar untuk mencari ilmu. Yang merasa belum siap menjadi orang tua maka paksa diri kita untuk belajar.
Kita kupas beberapa kekhilafan kita kepada anak kita sekalipun tanpa unsur kesengajaan,sebab karena keterbatasan ilmu kita.
• Pertama, kadang kita sebagai orang tua kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang,baik secara verbal maupun non verbal, baik berupa ucapan atau tindakan. Anak perlu mendapatkan kata-kata sayang,pujian,cerita,nyanyian dan humor yang membuat dia terhibur. Bahkan Rasulullah pun menyempatkan waktunya untuk bercanda dengan anak-anak,beliau mengusap dan mencium anaknya atau bahkan anak-anak pamannya.
• Kedua, kita kadang kurang meluangkan waktu yang cukup untuk anak kita. Kualitas dan kuantitas kebersamaan kita bersama anak kita sangat mempengaruhi perkembangan anak kita. Sekalinya kita ada waktu luang,kita kurang terampil untuk memanfaatkannya,sehingga kegiatan yang kita lakukan saat bersama kurang berkualitas.
• Ketiga, kita kadang khilaf terucap kata yang agak kasar kepada anak kita,dengan nada yang tinggi pula. Dan tanpa disadari anak kita mencontoh tindakan kita,ia belajar memperlakukan orang lain dengan kasar juga. Kata-kata yang menyakitkan dan kasar bagi anak kita ternyata akan berakibat anak kita menjadi minder dan merasa tidak berguna.
• Empat, kekhilafan kita yang lain adalah memberikan sikap fisik yang kasar. Mungkin kita pernah mencubit saat marah,pernah menjewer,pernah mengurung dalam kamar atau bahkan yang lainnya.
• Lima, kadang kita mersa bijak dengan memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif sedini mungkin.sedangkan kita ternya tidak paham tentang tingkat kematangan secara psikologis anak. Anak yang belum matang psikologisnya,kadang kita paksa untuk masuk disekolah dasar,tentu akan berakibat pada ketertinggalnya mengejar materi seperti yang lain. Pun jika seandainya anak kita sudah bersekolah maka janganlah kita paksa anak kita untuk setara dengan yang lain. Karena bisa jadi selama perkembangan psikologisnya belum matang,anak kita belum benar-benar mengikuti materi.
• Keenam, kadang kita sebagai orang tua kurang menanamkan Good character pada diri kita sendiri dan terlebih contoh pada anak kita. Tanggung jawab pendidikan karakter yang baik yang utama adalah kita sebagai orang tua,dan didukung oleh semua pihak,entah itu sekolah,lingkungan,pengasuh atau yang lainnya.

Astaghfirullahhal Adzim…ternyata ada banyak kekhilafan kita,dan mungkin masih ada lebih banyak lagi kehilafan yang kita lakukan. Nah setelah tahu point-pointnya,kita perlu mengoreksi diri kita apakah benar kita pernah melakukan kekhilafan itu,dan cari cara untuk mengubah hal-hal tersebut sebelum menjadi kebiasaan.

Jika anak kita suka mukul,bandel,suka marah-marah,bisa jadi kita memberi contoh yang seperti itu. Jika kita ingin anak kita berbakti pada kita,ucapannya lembut,tangannya tidak memukul,maka mulailah dari diri kita. Beri solusi atas pertanyaan masalah mereka, beri motivasi, nasehat, pelukan, ciuman , tunjukkan jalan yang semestinya mereka lalui. Jika kita pernah berlaku kasar,maka akui kesalahan kita dan ubah menjadi perlakuan yang lembut,hangat,humoris dan menyenagkan.

Ada kunci yang harus kita pegang,yaitu “Kita dulu,kita lagi,kita terus”,hal ini berlaku dalam keluarga kita. Kita dulu yang memulai,kita yang melaksanakan, insyallah hasilnya kita yang merasakan. Sebab anak adalah peniru yang ulung.

Wallahu’alam bissowab…kebenaran datangnya dari Allah.

Sumber : “ Menyemai Benih Karakter “ Penulis Ratna Megawangi.

Hidup untuk belajar,Belajar untuk hidup”

Siti Yuliana