siapa sebenarnya guru itu?

Predikat “ Guru” yang dimaknai digugu dan ditiru merupakan sesuatu yang berat karena semua tingkah lakunya akan jadi “objek” pengamatan semua orang.

Dan paradigma dimasyarakat juga masih kolot dengan menganggap “Guru” itu adalah hanya yang ada disekolah yang menyandang beberapa gelar dan mengajar beberapa macam mata pelajaran. Sehingga masih banyak para orang tua yang mengkritik atau protes terhadap guru yang ada disekolah jika anaknya itu memiliki sikap yang kurang baik.
Bayangkan jika paradigma ini masih berlangsung sampai sekarang,Guru yang ada disekolah yang notabenenya adalah partner orang tua dalam membina,membimbing dan mengajarkan kepada anak,seolah menjadi orang yang paling bertanggung jawab terhadap segala macam hal yang ada didalam diri anak kita. Kalau macam kebaikan yang senantiasa anak kita kerjakan maka bukan masalah,tetapi jika ada banyak hal negatif yang dilakukan anak kita lalu kita minta pertanggungjawaban guru yang ada disekolah,apakah ini pantas?atau apakah ini cara yang benar?
Kita perlu sering-sering diingatkan bahwa guru adalah partner kita sebagai orang tua untuk mencetak anak kita menjadi generasi yang berakhlak. Bukan sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap apapun yang ada didiri anak kita. Bukan hanya Guru disekolah saja yang tidak boleh menjadi seorang yang “jarkoni” iso ngajar ra iso nglakoni.
Bagi sebagian orang kata-kata ini cukup atos(baca: kasar/keras),semoga semakin banyak yang tersinggung lalu memperbaiki diri,hehehehehh,,,,,sekali lagi bukan hanya Guru yang dituntut untuk bisa menjadi “Uswatun Khasanah” tetapi paling utama dan pertama tetap orang tua.
Tegakkan yang wajib lalu dirikan yang sunah,yang wajib ibarat nasi dan yang sunah itu ibarat lauk-pauk makan kita. Untuk yang sekedar makan saja ada 3 macam lauk paling tidak,apalagi ini untuk urusan dunia akhirat,lauknya harus lebih banyak.
Guru sesungguhnya adalah kita ini sebagai orang tua,guru disekolh hanya sebagai partner saja. Segera benahi diri kita jika hal yang kurang baik dilakukan anak kita,jangan –jangan kita belum memberinya contoh yang baik.
Anak adalah perhiasan dunia,maka rawat dan jaga perhiasan terbaik kita. Kalau emas yang kita miliki saja kita tidak biarkan disimpan yang tidak aman,apalagi anak kita? Harta yang tak ternilai harganya,”simpan ditempat yang terbaik”.
Menjadi orang tua artinya menjadi guru juga,berjuang jadi guru yang terbaik.

Wallahualam bishshowab ,kebenaran hanya dari Allah.

“Belajar untuk hidup,hidup untuk belajar”

Lia Al Faruq