Metode Komunikasi Efektif & Disiplin Positif
Metode Komunikasi Efektif & Disiplin Positif
Anak-anak jangan pada lari! teriak ibu wali kelas, tetapi apa yang terjadi anak-anak justru pada berlarian. Jangan dimakan, apa yang terjadi? malah dimakan. Bahkan sampai level pemerintahan, pernah lihat iklan ditelevisi yang menyuarakan anti korupsi? yang isinya “Katakan TIDAK untuk Korupsi! tetapi sekali lagi apa yang terjadi? beberapa dari aktor iklan tersebut malah terjerat kasus korupsi. Kenapa? kalau kita kembali pada prinsip kerja otak, ternyata memori yang tersimpan adalah kata-kata yang terkahir. Pernah bertanya kepada anak kecil, tahu atau tempe? anak pasti menjawab tempe, dan sekarang pertanyaanya dibalik tempe atau tahu? anak akan menjawab tahu. lantas bagaimana agar komunikasi kita efektif dan bisa mendisiplinkan positif sejak dini? berikut tips-tips dari Wahyu Farrah Dina
Metode Komunikasi Efektif & Disiplin Positif
1. Usahakan bicara dengan anak dengan jarak maksimal 3 meter, sentuh dan peluklah anak yang sedang memiliki emosi negatif.
2. Gunakan selalu kalimat positif
Dengan kalimat positif anak langsung mendapatkan gambaran apa yang harus dilakukan. Jika harus mengatakan tidak boleh, gunakan teknik dengan syarat, rumus (ya, tapi…. atau boleh tapi)
contoh:
Kalimat negatif Kalimat positif
1). “Jangan lari!” “Berjalan ya…”
2). “Jangan dilempar bukunya!” “Maafya, buku bukan untuk dilempar, tetapi untuk
dibaca”
3. Parafrase (mengulang kata) tanpa memfokuskan pada kesalahan
Jika anak berkata kurang patut, fokuskan pada kata-kata penggantinya dan guru sebagai contoh mengulang maksud dari kata tersebut dengan cara yang patut. Hindari mengulang kata-kata yang tidak patut karena akan membuat anak lebih merekam kata tersebut.
contoh:
Anak berkata : “Dia bego Bu,… dari tadi belum selesai juga”.
Parafrase : “Maksudnya, dia mungkin belum bisa, tapi nanti juga selesai”.
Guru tidak perlu fokus pada kata-kata “Bego”, seperti berkata “Eh, ngomong apa itu? Bego? Maksudnya apa?
Tetapi jika siswa terus berulang-ulang mengatakan hal tersebut diperingatkan secara individu.
4. Fokus dan beri penghargaan pada anak yang berperilaku positif
Daripada fokus pada perilaku anak yang negatif, fokuslah pada anak-anak yang sudah berperilaku positif. Dan hindari juga membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Berilah penghargaan dan label-label positif pada anak yang sudah berhasil berperilaku positif.
Contoh:
Alhamdulillah, Diana, Leni, Uswah sudah membereskan bukunya, bagaimana dengan yang lain? Berikan pujian yang sama jika anak lain mengikuti perilaku positif tersebut.
5. Gunakan pertanyaan, hindari kalimat perintah agar anak melakukan sesuatu
Anak tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan mungking karena lupa atau sedang fokus pada hal lain. Namun umumnya, karena kebiasaan sebenarnya anak-anak sudah memahami apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu sebelum menggunakan kalimat perintah, ajukan pertanyaan yang akan mengingatkan anak tentang aturan yang berlaku.
Contoh guru mengatakan:
– “Maaf, kalau sepatu diletakan dimana ya?”
– “Setelajh bermain balok, apa yang seharusnya kita lakukan?”
Tips selanjutnya tunggu artikel berikutnya,..oke terimakasih semoga bermanfaat
SD Qu Hanifah