Sebab-Akibat
Alhamdulillah liburan sekolah telah usai kini anak-anak mulai kembali ke bangku sekolah untuk menimba ilmu. Dalam artikel kali ini, kita akan belajar bersama “Sebab-akibat”. Sering kita melihat kekacauan, kerusakan dan ketidak seimbangan lainya berasal dari manusia, padahal Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.
Kenapa kekacauan ini terjadi? Pak Totok pakar pendidikan asal Yogjakarta menguraikan karena di sekolah tidak pernah di ajarkan sebab-akibat. Sehingga kebanyakan orang melakukan sesuatu tanpa memikirkan dan memahami sebab-akibat, sebagai contoh orang buang sampah dikali, menebang pohon secara liar dan ketika banjir datang orang-orang bilang bencana banjir seakan akan menyalahkan Tuhan. Padahal secara sunnatullah air akan mengalir dari dataran tinggi ke rendah, sedangkan jalanya air yang sudah dirusak oleh manusia sehingga mengkibatkan jalanya air tersumbat dan menggenang.
Maka dari itu, pak Totok menguraikan tiga tingkatan yang semestinya diberikan kepada anak didik di sekolah.
Yang pertama, siswa perlu diajarkan untuk memahami sebab-akibat. Bahwa segala sesuatu yang kita lakukan akan ada akibatnya. Sebagaimana BangJo (lampu abang ijo) anak-anak diajarkan bahwa kalau lampu merah tanda berhenti, bisa mengakibatkan kecelakaan jika dilanggar tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Logika ini menjadi dasar perbuatan lainya sebagaimana siswa sudah memahami kapan waktunya belajar, kapan waktunya bermain, kapan waktunya sholat, kapan waktunya tidur dan sebagainya.
Yang kedua, atau tingkatakan kedua siswa menjadi subjek dari sebab-akibat itu sendiri. Artinya siswa setelah memahami sebab-akibat selanjutnya siswa menjalankanya di aktivitas keseharianya. Sebagaimana saat berada di perlintasan jalan menandakan lampu hijau maka harus berjalan, kalau merah berhenti jangan sampai kebalik-balik bisa mengakibatkan ketidakteraturan. Begitupula dengan belajar ketika waktunya belajar, siswa sudah bisa menempatkan diri untuk belajar, jika masih ada yang bermain guru bisa mengingatkan atau orang tua atau wali siswa bisa memberikan bekal dirumah untuk memberikan pemahaman sebab-akibat terlebih dahulu. Untuk bisa pada tingkatakan kedua ini, yaitu menjadi subjek dari sebab-akibat ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara pihak orang tua atau wali siswa dengan pihak sekolah aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah perlu dukungan kuat dari orang tua sebagaimana datang tepat waktu, menjaga kebersihan, menghormati guru, mengerjakan PR hafalan di rumah dan lain sebagainya.
Yang ketiga, atau tingkatakan ketiga yaitu siswa mampu mendesain sebab-akibat. Tidak hanya menjadi subjek dari sebab-akibat tetapi lebih dari itu siswa mampu menjadi panutan dan mengajak teman lainya untuk berperilaku yang baik karena dengan perilaku yang baik, sopan santun, menjaga kebersihan akan mengkibatkan keteraturan, kenyamanan bersama.
Demikian bekal untuk persiapan memasuki pelajaran di semester dua ini semoga Allah meridhoi kita semua.aaamiiiiin