Evolusi

Sudah setengah jam berlalu,tangis Tina tak juga kunjung berhenti,tangisannya makin kencang saja sebab ia kecewa ditinggal Papanya pergi bekerja. Berbagai macam rayuan telah ibunya coba agar segera menghentikan tangisannya,namun apalah daya tangisannya tak kunjung reda. Tina tetap pada pendiriannya tetap saja menangis,meski sudah dibujuk dengan,makanan kesukaannya,digendong diajak main tetap saja menangis. Hingga akhirnya sang ibu mengeluarkan jurus pamungkas yaitu menjanjikan Tina dengan sebuah boneka baru . Akhirnya ia segera menghentikan tangisannya.

Beberapa saat kemudian setelah emosi Tina sudah mereda dan normal,ibunya berfikir mungkin saja Tina sudah lupa jika akn dibelikan boneka baru,ibunyapun memutuskan untuk tidak jadi membelikannya boneka.
Anak-anak sesungguhnya jiwanya fitrah ,suci mereka tidak mengenal bohong,kata kasar ataupun yang lain jika ia tidak pernah dibohongi atau dikasari. Semakin sering ia melihat orang dewasa berbohong dan merasakannya,maka semakin besar kemungkinan ia dapat melakukan hal serupa.
Peristiwa diatas nampaknya dialami oleh sebagian besar keluarga. Seringkali tidak kita sadari bahwa apa yang kita sampaikan ke anak mengandung janji-janji yang harus kita tepati. Namun karena janji-janji tersebut disampaikan secara spontanitas maka kitapun sering melupakannya.
Permasalahan yang sebenarnya bukanlah pada bagaimana janji-janji tersebut dapat meluncur dengan deras dari mulut kita ,tetapi bagaimana kita berusaha untuk bisa menepati janji yang sudah kita ucapkan itu. Karena setiap janji yang tidak ditepati adalah sebuah kebohongan,dan anak akan merekam setiap janji kita dan untuk selanjutnya mereka akan menggunakan hasil rekaman tersebut untuk energy kebohongan mereka.
Abdullah bin Amir Ra. Berkata,” Pada suatu hari,ibu memanggilku,sedangkan Rasulullah Saw ,duduk dirumah kami. Ibu berkata,”Kemarilah,aku akan memberimu.” Kemudian Rasulullah Saw ,berkata kepadanya,”Apa yang akan engkau berikan kepadanya?” Ibu menjawab,”sebuah kurma”. Maka Rasulullah Saw berkata padanya ,” Kalau engkau tidak memberikan sesuatu kepadanya,maka engkau akan dicatat sebagai orang yang berdusta.” (HR.Abu Daud dan Al Baihaqi).
Yuk benahi cara kita, sebenarnya disekitar kita banyak sekali tindak kebohongan yang disaksikan oleh anak-anak kita. Tetapi karena banyak dan seringnya kebohongan tersebut,maka kita memandangnya bukan sebagai sebuah kebohongan lagi,tetapi hanyalah kebiasaan orang tua dalam usaha mempermudah menangani putra-putri mereka.
Evolusi

Perilaku bohong pada anak tidaklah muncul begitu saja dalam waktu yang pendek. Seperti terjadinya pemanasan global adalah akumulasi dari semakin hilangnya hutan,semakin banyaknya penggunaan AC,dan rumah kaca. Seperti itupula perilaku bohong juga berkembang sangat cepat sesuai dengan rangsangan dan kesempatan untuk berbohong pada lingkungan anak tersebut.
Salah satu hal yang menarik tentang kebohongan anak-anak adalah ketika mereka bertikai dengan temannya. Tangisan membuat kejadian itu menarik perhatian orang lain. Seringkali orang tua juga ikut terprovokasi dengan tangisan tersebut sehingga muncul emosi kepada teman mainnya.
Pada saat anak beranjak dewasa ,kebohongan dilakukan untuk melindungi privasi,membangun independensi,dan menghindari kebingungan. Selain itu bisa jadi anak remaja berbohong dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bia didapatkan jika ia mengatakan yang sebenarnya.
Beberapa orang tua yng menjumpai anaknya sedang berbohong memaksa anakany untuk mengakui perbuatannya dengan mengintrogasi,mendesak,dan menjebak dengan pertanyaan-pertanyaan dan berharap anaknya segera menghentikan kebiasaannya untuk berbohong.
Mayoritas ahli tidak setuju dengan tindakan orang tua ini,karena semakin sering anak melihat orang tuanya mencoba untuk menjebak agar dia mengakui perbuatannya,maka semakin banyak ilmu yang dia pelajari untuk berkelit dari orang tua supaya lain kali tidak terjebak.

Mari benahi diri,,
“Hidup untuk belajar,belajar untuk hidup”

Lia Al Faruq