Month: August 2022
Informasi Persiapan Upacara Bendera HUT RI ke 77
Belajar Bekerjasama
Dengan mengikuti kegiatan drumband, anak akan terlibat dengan aktifitas fisik dan berinteraksi dengan kawan-kawannya. Anak akan lebih aktif menggunakan bagian tubuhnya serta aktif membangun komunikasi dengan rekannya.
Hal ini adalah salah satu manfaat bermain alat drumband untuk mengembangkan kecerdasan anak.Selain itu, ada banyak hal lain yang bisa Anda manfaatkan seperti yang akan dijabarkan berikut ini.
A. Melatih Ketrampilan Memainkan Alat Musik
Ini adalah kemampuan awal yang sudah pasti akan didapatkan oleh sang anak. Bagaimanapun juga, dia akan dididik untuk menguasai dan memainkan sebuah alat musik.Banyak alat musik yang bisa dimainkan dalam sebuah kelompok drumband, seperti drum, snare drum, marching bell, pianika dan cymball. Meskipun tergolong alat musik sederhana, namun setidaknya hal ini akan melatih jiwa seni dari seorang anak.
B. Melatih Kepercayaan Diri
Manfaat bermain alat drumband selanjutnya adalah bahwa hal ini akan membantu melatih kepercayaan dirinya. Anak yang semula minder, pemalu dan penakut akan berubah menjadi anak pemberani, bisa menunjukkan dirinya dan kemampuan pribadi lainnya. Hal ini dikarenakan menjadi bagian dari sebuah drumband dituntut untuk bisa mengaktualisasikan dirinya. Anak harus mampu tampil seorang diri membunyikan alat musiknya tanpa iringan rekan lainnya.
C. Melatih Kerjasama Tim
Di sini, anak juga akan dilatih untuk bekerja sama dalam sebuah tim. Kelompok drumband tidak hanya terdiri dari satu atau dua orang saja. Kelompok ini bahkan bisa terdiri dari puluhan orang.Anak akan terlatih kemampuan bekerjasamanya semakin lama dia berada dalam kelompok. Dia akan belajar bagaimana mengutarakan pendapat, bekerja sama untuk mendapatkan solusi terbaik dan lain sebagainya. Hal ini akan sangat mendukung perkembangan kemampuan sosial anak di masa mendatang.
D. Melatih Kesehatan dan Kebugaran
Bermain drumband dibutuhkan fisik yang kuat. Anak akan dilatih berjalan sambil menggendong alat musik yang bisa saja cukup berat. Secara tidak langsung, anak akan sekaligus melakukan olahraga. Dengan demikian, dia akan menjadi lebih sehat dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti kegiatan drumband.
E. Melatih Jiwa Kepemimpinan
Manfaat bermain alat drumband juga berpengaruh dalam kemampuan sosialnya yaitu dapat meningkatkan jiwa kepemimpinan. Dalam bermain musik drumband, anak akan diajarkan bagaimana menguasai dirinya sendiri, mengendalikan dan mengatur orang lain. Apalagi jika anak bertindak sebagai mayoret yang pada dasarnya adalah pemimpin dari kelompok drumband tersebut.
F. Melatih Kemampuan Motorik
Memainkan alat musik drumband sama halnya dengan berolah raga, bermain drumband juga bisa meningkatkan kemampuan motorik anak. Anak akan diajak bergerak dalam berbagai gerakan yang akan menjadi umpan untuk peningkatan kemampuan motoriknya.Anak tidak akan hanya duduk diam sambil mengawasi layar handphone saja. Dia akan berjalan, berlari, melompat dan melakukan gerakan-gerakan lain dalam aktifitas drumband.
G. Meningkatkan Prestasi
Begitu banyak manfaat bermain alat musik drumband yang bisa didapatkan anak. Kegiatan bermain alat drumband bila ditekuni juga bisa menjadi sebuah prestasi dan kebanggaan.Banyak turnamen drumband dan marching band yang diadakan berbagai instansi untuk mewadahi aspirasi anak dalam berkarya. Oleh sebab itu, selalu dukunglah putra putri Anda jika mereka memilih kegiatan ini untuk ekstrakulikulernya.
H. Meningkatkan Kesenangan dan Kebahagiaan
Banyak anak yang terlihat lebih bahagia, senang, aktif dan ceria begitu mereka mengikuti kegiatan drumband ini. Berkumpul bersama kawan, memainkan alat musik dengan gembira, ditonton dan dipuja orang-orang adalah hal-hal yang akan dirasakan seorang anak. Apalagi jika penampilan mereka bisa sukses, memukau dan meraih kemenangan, maka anak akan semakin bangga dan mencintai kegiatan ini.
Yuk cek videonya di IG SDQU HANIFAH
Klik di sini ya…
sdqu.hanifah
Pentingnya Olahraga Untuk Anak Usia Sekolah Dasar

Kemajuan zaman dan teknologi membuat kebanyakan orang cenderung jadi kurang gerak, termasuk anak-anak dan remaja. Anak-anak yang sedari kecil sudah jarang dan tidak pernah berolahraga, kemungkinan akan terus begitu sampai dewasa.
Hal ini otomatis akan meningkatkan risiko gangguan jantung dan penyakit kronis lainnya. Aktivitas fisik atau olahraga tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, melainkan juga berdampak positif terhadap fungsi otak serta mentalnya. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak membutuhkan olahraga selama, setidaknya 60 menit setiap hari.
Anak usia 5 – 10 tahun.
Di usia ini, anak sudah lebih lincah dan dapat melakukan permainan yang lebih bervariasi. Untuk melatih fokus dan kemampuan berpikirnya, bentuk olahraga yang dapat dilakukan adalah permainan yang menggunakan sedikit instruksi. Misalnya, bermain sepak bola yang memerlukan aktivitas lebih kompleks dan keterampilan kognitif, serta perlu bekerja sama dalam tim.
Perbanyak kegiatan berupa aktivitas fisik berulang-ulang dan hindari gerakan yang terlalu kompleks. dan dapat melatih keterampilan berpikir. Kegiatan yang dilakukan antara lain berlari, berenang, melempar, dan menangkap bola.
Remaja usia 11 – 21 tahun
Usia ini sudah tergolong masa remaja. Bagi remaja, olahraga juga akan membentuk otot, meningkatkan kekuatan tulang, dan mengurangi lemak tubuh. Selain itu, olahraga dapat mengurangi depresi, cemas, serta meningkatkan percaya diri. Jenis olahraga yang bersifat kompetitif merupakan tantangan tersendiri bagi remaja, misalnya tenis. Contoh olahraga lain yang bisa dilakukan remaja ialah senam, lompat tali, sit up, push up, dan senam serta berenang.
Nah bagi orang tua hendaknya menambah kegiatan olahraga dirumah, agar kekuatan fisik ananda dapat seimbang.
Didiklah Anak Sesuai Fitrah

Fitrah apa?
Ada beberapa fitrah.
Diantaranya fitrah iman, fitrah belajar, fitrah bakat dan fitrah seksualitas.
Fitrah seksualitas?
Wow, , ,gimana itu?
***Mendidik anak sesuai fitrah seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sebagai perempuan.Jika ia laki-laki, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki.
Pertanyaan berikutnya yg muncul, bagaimana tekhnis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.
***Usia 0 – 2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya. Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.Menyusui, bukan memberi asi.Usahakan langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.
***Usia 3 – 6 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya.Perbanyak aktivitas bersama.
***Usia 7 – 10 tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.Jika anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya.Ajak anak beraktifitas yang menonjolkan sisi ke-maskulin-annya. Nyuci motor, akrab dg alat-alat pertukangan, dan sabagainya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya. Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih-bersih rumah, menjahit dan sebagainya.
***Usia 11 – 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.Lintas gender.Jika anak laki-laki, maka dekatkan pada bundanya.Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
*Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tsb 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain. Di sebuah artikel parenting, dulu saya juga menemukan hal senada.Jika tdk dekat dg ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yg menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.
Logis juga sih. Saat ada laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau karena ada ayahnya yg lebih sering memujinya.Kalau ada laki2 yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yang lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki2
-laki harus dekat dengan bundanya.
Efek yg sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.
Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan.Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yang bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman.Sama dengan Rasulullah.Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.
***Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana?
Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh. Artinya anak kita sudah “bukan” anak kita lagi.Ia telah menjelma menjadi orang lain yang sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karena kita hanya punya waktu 14thn saja.Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman-teman. Moga Allah mampukan dan bisa mempertanggungjawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..
Sumber : Kajian dr. Aisyah Dahlan