Teladhanku adalah………..?
“ Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya ketika ia memberi pelajaran kepadanya,”Hai anakku,janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah). Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”(QS.Luqman:13)
“ (Luqman berkata),”Hai anakku,sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau dilangit atau didalam bumi,niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”(QS.Luqman:16)
Dua ayat diatas mengawali hari kita mengintrospeksi diri kita. Seperti yang kita ketahui Luqman adalah seseorang yang diberi hikmah oleh Allah,pada masa sebelum diutusnya Nabi Daud as. Luqman Al Hakim adalah seorang hamba Habsyah yang bibirnya tebal dan dua tumitnya pecah-pecah.
Ada banyak wasiat yang ada dalam surat Luqman yang bisa kita pikirkan atau wajib kita teladani. Wasiat yang paling banyak adalah wasiat kepada anaknya. Lalu apa wasiat kita sebagai orang tua kepada anak-anak kita sekarang.???
Anak-anak kita tumbuh semakin cepat,tanpa sadar sudah menginjak dewasa,sementara kita belum bisa memberi wasiat apapun,belum memberi teladan apapun. Kita sebagai orang tua,jaraaaaaaaaaaaaangggg sekali berada dirumah,sekalinya dirumah kita sibuk dengan leptop,hp,gadget. Bukan berarti harus selalu dirumah,tapi harus bagi porsi waktu untuk keluarga dirumah. Jangan sampai kita menyesal karena terlambat memberikan waktu untuk anak kita,eh ternyata anak kita sudah tidak bisa diarahkan kepada kebaikan.
Anak lebih sering dengan orang lain(baca pembantu pen_),dibiarkan berkeliaran tidak ada aturan,dibiarkan nonton tv sesukanya. Meskipun tidak semua seperti itu,tapi tetap saja penanggung jawab utama tetap orang tua. Jika sekarang Tontonan menjadi tuntunan bagi anak kita ,apakah ini tidak bahaya?
Ingat penanggung jawab utama dan pertama adalah kita sebagai orang tua. Pahala merawat anak kita apakah rela dibagi sama orang lain? Kalau nanti sudah diakhirat rela gak berbagi tempat dengan pembantu kita karena kita sebagai orang tua tidak komplit. Masih mending sih kalau berbagai tempatnya di surga gak masalah,nah kalau dineraka ?hehehe…..
Atau beginilah,kita sebagai orang tua misalnya sudah ditakdirkan masuk surga,tapi akan digeret anak kita masuk neraka. Anak kita tidak bisa ngaji,tidak ngerti ilmu agama. Anak kita masuk neraka dia akan protes sama malaikat lo,,,dia akan protes begini :
“ Loh Malaikat kok aku masuk neraka sementara ayah ibuku masuk surga?
Malaikat bakalan jawab “nah kamu kan selama didunia gak bener,ngaji aja gak bisa,kaya tapi kikir,maksiat tiada henti ,ngerti agama aja enggak. “
“Loh,gak bisa begitu dong,Ayah ibuku mana pernah ngajarin aku ngaji,setiap hari cuma dikasih duit,biasa main sama mbak,ayah ibuku jarang dirumah,ya mana aku tahu ada banyak hal yang harus aku lakukan.” Ya Allah,aku mau protes,kalau akau disini disiksa dimasukkan neraka,aku juga mau orang tuaku ikut serta,karena mereka tidak pernah mengajariku ilmuMU yang banyak itu.”
Tapi hal kebalikan juga bisa terjadi misalnya,kita ini jadi orang tua yang kurang bener,banyak dosa maksiat,eh tapi punya anak sholeh. Kita sudah dialam barshah,anak kita baca Al Qur’an kita kecipratan pahalanya,anak kita sedekah kita juga masih kecipratan pahalanya,apalagi setiap hari mendoakan kita. Masyaallahhh …….itu yang kita rindukan.
Hehehehe,,,,,bayangkan seperti itu,ini gambaran,penulis juga belum mengalami itu tapi kita tahu itu sudah diingatkan dalam AL Qur’an.
Bahan renungan bersama,kok nunggu efeknya diakhirat selama didunia saja itu akan kelihatan jelas kok. Ketika anak kita terlibat tawuran,tertangkap polisi apa yang akan ditanyakan? Nama Ayahmu siapa? Betul tidak? Kira-kira kita malu tidak sebagai orang tua?
Seorang filsuf Yunani,”Aesop”,banyak menulis fable yang sarat akan pesan moral. Salah satu cerita yang menarik adalah kisah seekor kepiting. Suatu hari seeekor indukn kepiting bertanya apada anaknya,” Mengapa kamu berjalan menyamping seperti itu anakku?seharusnya kamu berjalan lurus kedepan.” Anak kepiting menjawab,” Tunjukkan dahulu kepadaku Bu….,bagaimana caranya ,agar aku bisa menirukannya.
Kepiting tuapun berusaha mencontohkan cara berjalan lurus kedepan,tetapi tidak berhasil. Akhirnya,dia menyadari betapa bodohnya dia selama ini. Dia hanya melihat kesalahan yang ada pada kepiting muda. Bukankah dia bisa berjalan itu seperti itu karena melihat ibunya?
Kisah diatas menggambarkan betapa seringnya kita sebagai orang tua mengkritik dan menyalahi perilaku anak kita . Padahal bukankah perilaku anak kita itu hasil dari sosialisasi dan pendidikan yang diberikan lingkungan ,terutama kita sebagai orang tua?
Ingat saat kita kecil,kita belajar ngomong itu biasanya sambil praktek,orang tua kita mengajari bahasa “makan” sambil mengangkat sendok kemulut. Seperti itu juga anak kita,jika ingin mengajarkan banyak hal maka jangan hanya lewat verbal atau kata-kata saja,tapi juga praktek.
Anak kita butuh teladan-teladan dari kita sebagai orang tua,bukan hanya bahasa verbal,”jangan nakal,jangan nangis,jangan bohong,ayok jujur,ayok sabar,ayok berbagi,ayok ngaji,ayok sholat,atau bahkan dengan begini sana sholat dulu,padahal kita sendiri tidak sholat,atau begini ayo kak sana mulai ngaji,ustadz sudah datang.
Ada yang protes? Loh saya ngundang guru ngaji itu kan supaya anak saya bisa ngaji,gak kayak saya. Saya juga pengen anak saya jadi anak sholeh. Loh saya suruh dia sholat itukan biar bisa hidupnya bener,gak kayak saya……(heheheheheh).
Itu benar kok,alasan itu sangat benar,tapi ada perbuatan kita yang salah dalam hal itu. Tidak adil dong kalau yang ngaji cuma anak kita,kalau yang sholat cuma anak kita lalu kita berharap anak kita akan jadi anak yang sholeh begitu?yang bisa mengurangi siksa kubur kita begitu?yang akan mendoakan kita saat kapanpun begitu?
Kita sadar betul bahwa anak itu butuh sosok teladan,kita sampaikan bahwa teladan umat islam itu akhlak Nabi Muhammad SAW ,tetapi kita sendiri tidak memberikan contoh seperti apa. Ingat pesan Allah dalam Surat Ash Shaf ayat 2-3 :
“ Wahai orang-orang yang beriman,mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?Amat besarlah kebencian Allah,karena kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat.”
Kalau anak kita saja tidak kenal dengan teladhan umat islam,yang anak kita kenal adalah artis- artis tv. Yang sering ditonton,menjadi tuntunannya karena saking seringnya melihat. Beri contoh sebagaimana kita mengharapkan anak kita menjadi apa,contoh perilaku jujur,contoh perilaku dermawan,sama-sama belajar Al Quran bila perlu itu dilakukan didepan anak kita bukan hanya omongan.
Berbuatlah adil pada anak kita,bukan hanya anak kita yang sholat tapi seyogyanya kita mengajak sholat bersama bukan menyuruh sholat sendiri. Jangan curang dengan menyuruh anak kita untuk belajar membaca Al Qur’an sementara kita sendiri tidak belajar. Anak kita itu peniru ulung,dia akan dengan sangat mudah protes kalau kita sendiri tidak ikut mengerjakan.
Wallahu’alam Bishshowab. Kebenaran datangnya dari sisi Allah.
Sumber : Buku-buku Ratna Megawangi,Buku-buku Ustadz Yusuf Mansyur,Buku Cara Nabi Menyiapkan Generasi Penulis Jamal Abdurrahman.
“Belajar untuk hidup,hidup untuk belajar”
Lia al Faruq